Berhubungan di Tengah Hutan

CASINO69

Awan semakin gelap, mendung yg menggantung menandakan sementara waktu lagi akan hujan. Pakde Marto menyuruh Surti membenahi ceret air dan rantang makanannya lalu mereka bergegas kembali sebelum hujan turun. Surti merupakan istri Iding keponakan Pakde Marto yg semenjak kecil ikut Pakde-nya. Pakde Marto ini ialah abang bapaknya yang tidak mempunyai anak sendiri.

dan sesudah menikah pasangan itu permanen mengikuti Pakde-nya yg sangat sayang di keponakannya. Sehari-hari mereka bahu membahu mencari sesuap nasi membantu Pakde pada sawah atau Budenya yg buka warung mungil-kecilan di rumahnya. mirip umumnya menjelang siang Surti mengantarkan kuliner dan minuman Pakde-nya yang kerja di sawah. Hari itu kebetulan Iding pulang ke kota buat membeli pupuk dan bibit tumbuhan.

Rupanya hujan keburu turun ad interim mereka masih di tengah hamparan sawah desa yang sangat luas itu. Hujan ini luar biasa lebatnya. Disertai dengan angin yang menggoyang keras dan nyaris merubuhkan pohon-pohon di sawah hujan kali ini sungguh luar biasa besarnya. sebagai petani yg telah terbiasa denagn peristiwa semacam ini dengan enteng Pakde Marto membabat daun pisang yg lebar buat mereka pakai sebagai payung guna sedikit mengurangi terpaan air hujan yg jatuh pada wajah mereka yang Mengganggu pandangan mata. Pkv Game

sambil memanggul cangkulnya Pakde Marto merangkul bahu Surti erat-erat agar payung daun pisangnya sahih-benar mampu melindungi mereka. Surti merasakan kehangatan tubuh Pakde-nya. Demikian jua Pakde Marto mencicipi kehangatan tubuh Surti yg istri keponakannya itu. Jalan pematang eksklusif sebagai licin sehingga mereka berdua tidak mampu berkecimpung cepat. ad interim pelukan mereka pula bertambah erat karena Pakde Marto risi Surti jatuh dari pematang. Kadang-kadang terjadi pergantian, satu saat Surti yg memeluki pinggang Pakde-nya. tiba-tiba terdapat “setan lewat” yg melihat mereka dan eksklusif menyambar ke duanya.

saat Pakde Marto memeluk bahu Surti tanpa sengaja beberapa kali menyentuh payudaranya. pada awalnya hal itu tidak mempengaruhi Pakde, namun hawa dingin yg menyertai hujan itu ternyata mendatangkan gelisah pada hatinya. Kegelisahan yang bisa merubah perasaannya. ketika pertama kali Pakde Marto tanpa sengaja menyentuh p******a istri keponakannya dia agak kaget, risi Surti menduga dirinya berlaku tidak sopan.

tetapi waktu yg ke 2 kali serta lalu dengan sadar menyentuhnya balik buat yg ketiga kalinya dia tidak melihat adanya reaksi menolak berasal Surti, pikiran Pakde mulai dirasuki “setan lewat” tersebut. dan pelan-pelan tetapi pasti k****l pada balik kolornya mulai menghangat dan bangun. Toh rasa ke-imanan Pakde Marto masih berusaha bilang “jangan” walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa pada hatinya beliau mengharapkan sesuatu keajaiban, mungkin semacam frekuwensi, yang datang dari Surti.

Demikian juga Surti yg merasakan beberapa kali payudaranya tersentuh, pada awalnya beliau tidak sepenuhnya menyadari. namun waktu tersentuh buat yang ke 2 kalinya dia mulai mengingat sentuhan yang sama yg acapkali dilakukan sang suaminya Iding. umumnya bila Iding menyentuh macam itu sempurna terdapat maunya. Pikiran lugu Surti pribadi disambar “setan lewat” lagi. Adakah macam kemauan suaminya itu jua melanda kemauan Pakde-nya di hari hujan yang dingin ini? tetapi sebagaimana Pakde Marto, Surti juga berusaha menepis pikiran buruknya serta berkata dalam hatinya “nggak mungkin, ah”.

Walaupun dibalik sanggahannya sendiri itu bersemi pada hati kecilnya, akankah tiba sebuah keajaiban yang membuat tangan Pakde-nya menyentuh payudaranya lagi? Maka, waktu pelukkan Pakde Marto di bahu Surti yg semakin mengetat dan menyebabkan sentuhan ke tiga sahih-sahih hadir, hal itu telah adalah awal kemenangan oleh “setan lewat” tadi.

Demikian jua waktu hujan yg semakin deras serta jalan yg semakin licin sampai mengharuskan mereka menyesuaikan dan membarui posisi pelukan agar tidak jatuh asal pematang, pelukan Surti dari arah punggung di pinggang dan d**a Pakde-nya mendorong lajunya bisikkan “setan lewat” tersebut. butir d**a Surti yg empuk menempel hangat di punggung dan tangan halus Surti yang menyentuh perut dan d**a, membuat k****l Pakde-nya benar-sahih tidak tahu diri. Keras mencuat ke depan mirip cengkal kayu yg menonjol pada sarung anak yang disunat. untung Surti berada pada belakangnya sehingga gangguan teknis itu tidak terlihat olehnya. Pakde Marto mulai mencari-cari apa jalan munculnya?

Demikian pula yang dirasakan Surti waktu memeluki Pakde-nya asal belakang. Tangannya yang ketat memeluk perut serta d**a Pakde-nya membentuk buah dadanya demikian gatal ketika tergosok-gosok punggung Pakde yg tidak mungkin terdiam karena setiap langkah kaki Pakde-nya pasti akan menggoncang semua bagian-bagian tubuhnya. Kegatalan macam itu menjadi terasa nikmat ketika Surti mengingat bagaimana Iding suaminya acapkali menggosokkan wajahnya ke payudaranya.

simpel-mudahan Pakde-nya tidak keberatan dengan pelukannya, demikian pikiran lugu Surti. lalu oleh “setan lewat” kembali membisikkan ke dalam pikirannya, simpel-mudahan rumahnya semakin menjauh serta hujannya semakin menderas, yang disusul menggunakan seringai gigi taringnya sebab gembira melihat usahanya sudah meraih kemenangannya secara absolut. kini tinggal menggiring Pakde serta keponakkan mantunya ini menuju ke ke sentuhan setannya yang terakhir.

Hujan yg demikian hebat ini membentuk jam 2 siang hari bolong itu gelap serasa menjelang maghrib. Awan gelap masih memenuhi langit. dan lebih menakutkan lagi kilat dan petir ikut menyambar-nyambar. Pikiran Pakde Marto dan Surti kini ialah mencari tempat berteduh. Pakde Marto tidak kehilangan arah. beliau memahami persis kini berada di petak sawah milik Sarmin tetangganya. jika dia belok sedikit ke kanan beliau akan menjumpai dangau buat berteduh. serta benar, begitu Pakde Marto yg pada pelukan Surti belok kekanan nampak bayangan kehitaman berdiri tegak pada depan jalannya. Mereka berdua memutuskan buat berhenti dulu menunggu hujan sedikit reda. Bioskop Online

Surti bisa menurunkan beban gendongannya ke amben bambu yg terdapat pada situ. kini mereka saling memandang. Surti memandang kaos oblong Pakde-nya yg basah kuyup lengket pada tubuhnya dan memberikan bayangan dadanya yg gempal berotot. sementara Pakde Marto melihat kebaya serta kain di tubuh Surti yg istri keponakannya basah kuyup dan membentuk bayangan tubuhnya yg sintal menggunakan payudaranya yang menggembung ke depan. menggunakan setengah tewas Pakde Marto berusaha menyembunyikan tonjolan kontolnya di celana kolornya.

Pakde Marto memperkirakan jarak dangau itu ke dusunnya kira-kira “se-udut”-an, sebuah perhitungan yg biasa dipakai orang desa mengenai jeda dekat atau jauh diukur berasal sebatang rokok yg dinyalakan (dihisap). Mungkin sekitar 6 s/d 8 mnt orang jalan kaki. ad interim itu tidak mampu diperlukan akan terdapat orang lewat sawah ini pada keadaan hujan macam begini. Pandangan mata secara kentara ke depan tidak lebih berasal 5 meter, selebihnya kabut hujan yang menyelimuti semua hamparan sawah itu.

pada usaha menghindar percikan hujan di dangau Pakde Marto serta Surti wajib duduk meringkuk ketengah amben yang relatip sangat sempit yang tersedia. merupakan semua anggota tubuh harus naik ke amben sebagai akibatnya mau tidak mau mereka wajib pulang berhimpitan. dan sang “setan lewat” balik hadir memberikan aneka macam pertimbangan dan keputusan.

Surti yang ditimpa hujan dan hawa dingin menggigil. Demikian pula Pakde Marto. buat membagikan rasa iba pada istri keponakannya Pakde meraih pundak Surti serta memberikan kehangatan tubuhnya. serta buat menghormati maksud baik Pakde-nya Surti menyenderkan kepalanya pada dadanya. Walaupun sandang mereka serba basah namun waktu tubuh-tubuh mereka nempel kehangatan itu terjadi juga. dan pelukan yg ini sudah tidak sama dengan pelukan ketika awal Pakde Marto membagi payung daun pisangnya tadi. Pelukan yang kini ini sudah tercemar secara akumulatip oleh campur tangan oleh “setan lewat” tersebut.

ketika ketua Surti terasa pasrah bersender pada d**a, jantung Pakde Marto pribadi tidak berjalan normal. serta tonjolan pada celananya membuat susah memposisikan duduknya. Demikian pula bagi Surti. saat Pakde-nya meraih bahunya buat menyampaikan kehangatan pada tubuhnya dia mencicipi seakan Iding yg meraihnya. dengan wajahnya yg mendongak pasrah menatap ke wajah Pakde-nya Surti semakin menggigil hingga kedengaran giginya yang gemelutuk beradu. dan inilah saatnya “sang setan” lewat melemparkan bisikan racunnya yg terakhir kepada Pakde Marto.

“Ambil!, Ambil!, Ambil!, Ambil!”, dan Pakde memahami persis maksudnya.

seperti bunga layu yg jatuh berasal tangkainya, paras Pakde Marto eksklusif jatuh merunduk. Bibirnya menjemput bibir Surti yg istri keponakkannya itu. serta desah-desah lembut dari 2 insan manusia itu, menghasilkan semua rasa dingin asal baju yang basah serta tiupan angin menderu dampak hujan lebat itu hancur seketika berasal persada Pakde Marto juga persada Surti.

Mereka kini saling melumat. oleh “setan lewat” cepat berlalu buat menghadap atasannya dengan laporan bahwa otomatisasi setannya telah ditinggal dan terpasang pada posisi “ON” pada setiap d**a korbannya. kini dia berhak mendapatkan bintang kehormatan para setan.

dan lumatan lembut menjadi pagutan liar. sekarang lidah serta bibir mereka saling berebut jilatan, isepan serta kecupan. serta bukan hanya sebatas bibir. Jilatan, isepan dan kecupan itu merambah serta menghujan ke segala arah. Keduanya menggelinjang dalam gelombang dahsyat ereksi. Surti menggeliatkan tubuhnya minta supaya Pakde-nya cepat merangkulnya.

Pakde Marto sendiri langsung memeluki d**a Surti. Wajahnya merangsek buah dadanya. Dikenyotnya baju basah penutup buah dadanya. Surti langsung mengerang keras-keras mengalahkan suara hujan. Kaki-kakinya menginjak tepian amben menjadi tumpuan buat mengangkat-angkat pantatnya menjadi frekuwensi buat Pakde-nya bahwa dia sudah menunggu tindak lanjut operasi cepat Pakde-nya.

Pakde Marto memang mau segalanya berjalan cepat. saat mereka tidak poly. Segalanya wajib mampu diraih sebelum hujan reda. serta operasi ini tidak memerlukan mekanisme formal. Kain penutup tubuh Surti relatif dia singkap dengan tangannya sampai ke pinggang. Nonok Surti yang menggembung nampak sangat ranum dalam bayangan jembutnya yang lembut tipis. Kelentitnya nampak ngaceng mengeras menunggu lumatan lidahnya. tidak terdapat yg ditunggu, wajah Pakde Marto langsung merangsek ke kemaluan ranum itu.

Bibir dan lidahnya melumat serta menghisap semua perangkat kemaluan itu. Tangan Surti menangkap kepala Pakdenya, menekannya supaya lumatan dan jilatan Pakde-nya lebih meruyak masuk ke dalam vaginanya. Cairan birahi yg asin hangat bercampur dengan air hujan beliau sedot serta telan untuk membasahi kerongkongannya yg kering kehausan. i**l Surti dia lumat dan gigit menggunakan sepenuh gemasnya.

Tekanan Surti pada kepalanya berubah jadi jambakkan pada rambutnya. p****t Surti terus naik-naik menjemput bibir serta pengecap Pakde-nya. tetapi Pakde Marto tidak akan mengikuti kemauan idealnya. Hitungan ketika mundurnya sudah dimulai.

sekarang Pakde Marto yg telah meninggalkan celana kolornya pada rerumputan pematang merangkak ke atas serta memeluki tubuh basah hujan Surti. Kontolnya berayun-ayun mencari sasarannya. Paha Surti yg hangat eksklusif menjepit tubuh Pakde-nya menggunakan nonoknya yang tepat terarah ke ujung k****l Pakde Marto. buat langkah lanjutannya, mereka berdua, baik yang senior maupun yang yunior telah terampil dengan sendirinya. Ujung k****l Pakde Marto telah tepat berada di lubang v****a istri keponakannya.

Mereka telah siap melakukan manuver akhir sembari menunggu hujan reda. serta waktu mereka saling dorong, kemaluan Pakde Marto pribadi amblas ditelan v****a Surti. sembari bibir-bibir mereka saling melumat, Pakde Sastro mengayun dan Surti menggoyang. k****l serta v****a Surti bertemu dalam kehangatan seksual ereksi ruang luar, ditengah derasnya hujan, tiupan angin serta kilat dan petir yg menyambar-nyambar dengan disaksikan oleh segenap dangau yang lengkap dengan berisik ambennya, sang belalang yang ikut berteduh di atapnya, sang kodok yg bersuka ria menyambut hujan, sang wereng yang berlindung di daunan padi yang sedang menguning, oleh baju-baju mereka yang basah serta lengket di badan.

Pakde Marto meningkatkan kecepatan ayunan kontolnya pada lubang kemaluan Surti. Walaupun dia sangat kagum sekaligus merasai nikmat yang sangat dahsyat atas penetrasi kontolnya di lubang v****a Surti yang serasa perawan itu, beliau permanen “concern” dengan waktu. Surti yg menikmati legitnya k****l Pakde-nya menggelinjang dengan hebatnya. beliau juga ingin selekasnya meraih orgasmenya.

Genjotan k****l Pakde-nya yang semakin cepat pada k*********a mempercepat dorongan buat orgasmenya. sekarang dia mencicipi segalanya sudah siap berada di ujung bepergian. dan menggunakan jambakan tangannya pada rambut Pakde Marto, bak kuda betina yg tanggal dari kandangnya Surti memacu seluruh saraf-saraf pekanya. kedua kakinya beliau jejakkan keras-keras pada tepian amben dangau hingga pantatnya terangkat tinggi buat menelan seluruh batang k****l Pakde Marto serta datanglah malaikat nikmat merangkum semua otot, daging dan tulang belulang Surti.

Cairan ereksi Surti muncrat melebihi derasnya hujan siang itu. Terus muncrat-muncrat yg diikuti menggunakan pantatnya yg terus naik-naik menjemputi k****l Pakde Marto yang pula terus meningkatkan kecepatan sodokkannya buat mengejar kesempatan meraih o*****e secara berbarengan dengan o*****e Surti.

serta pada waktu puncratan cairan v****a Surti mulai surut k****l Pakde Marto yg masih kencang mengayun v****a Surti datang-datang berkedut keras. Kedutan besar pertama menumpahkan bermili-mili liter a******i yg kental lengket berasal kantong spermanya. serta kedutan berikutnya merupakan kedutan pengiring yg menguras habis kandungan s****a berasal kantongnya. Sesaat lalu bersamaan menggunakan surutnya hujan mereka berdua Pakde Marto serta Surti yg istri keponakannya terengah-engah serta rebah.

Amben dangau itu nyaris terbongkar. Bambu-bambunya terdapat yg lepas terjatuh. Mereka kini kegerahan pada dinginnya residu hujan. Keringat mereka bercucuran kacau dengan air hujan yang membasahi sebelumnya. Pakde Marto serta Surti sudah meraih kepuasan yg sangat dahsyat. Pelan-pelan mereka bangkit asal amben dan turun ke pematang balik . Surti membetulkan letak kain serta kebayanya. Pakde Marto menggunakan celana kolornya yg basah jatuh di pematang dan pulang meraih cangkulnya.

Langit yang cepat cerah balik nampak biru menggunakan sisa awan yang berarak menyingkir. Pohon kelapa pada dusunnya nampak melambai-lambai menanti kepulangannya. Surti dan Pakde Sastro konfiden bahwa Bude juga Iding absolut cemas pada mereka yg tertahan hujan ini. Pakde telah membayangkan pasti istrinya telah memasak air buat kopinya lengkap dengan singkong bakar kesukaannya. serta dalam bayangan Surti, Iding absolut sudah sangat merindukannya buat b******u di siang hari. suara kodok di sawah mengantarkan mereka balik ke rumahnya.

CASINO69

Baca carita Lainnya di CASINO69

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*