Indahnya Kenenangan Berpisah Sama Mantan

CASINO69

kejadian ini berlangsung sekitar bulan Maret 2016 yg lalu. lepas berapa tepatnya saya sudah lupa. yg saya jangan lupa, waktu itu korelasi Syanti dengan Yoda telah membaik, bahkan aku mendengar mereka telah bertunangan serta berencana buat melangsungkan pernikahan pada saat dekat ini.

ketika itu mereka tinggal pada sebuah tempat tinggal kost yg sama di daerah Selatan – Jakarta, meskipun tidak sinkron kamar, karena saat itu Yoda sedang menerima pembinaan pada Jakarta selama 6 bulan. sebagai bekas teman dan atasan Syanti, aku memang pernah dikenalkan menggunakan Yoda. Yoda ternyata begitu cemburuan. Memang harus saya akui jikalau Syanti memang cantik, bahkan terlalu cantik buat ukuran Yoda itu. Padahal bila menurutku sih, merupakan hal yang biasa kalau serorang lepria yang penampilan fisiknya biasa saja, ternyata memiliki seorang pacar yang bagus. saya mengatakan Syanti indah, bukan artinya penilaianku yg subyektif. poly sahabat-temanku lain yang jua beropini begitu. Bahkan beberapa antara lain berpendapat sama, bahwa Syanti memiliki sex appeal yang luar biasa tinggi. Bagi kaum lepria, Bila memandang mata Syanti, boleh jadi pribadi akan berfantasi macam-macam.

Baca jua Cerita Bokep : selingkuh Sama Istrinya Bos Nikmat

Percaya atau tidak, mata Syanti begitu sayu seolah-olah ‘pasrah’ ditambah lagi dengan bibirnya yg seksi dan senang digigit-gigit, kalau Syanti sedang gemes. benar-benar suatu kreasi dewa yg sangat eksotis serta sensual. ketika saya sempat mengobrol menggunakan Yoda minggu sebelumnya, secara tak sengaja kami menemukan suatu peluang usaha yang mungkin mampu dikerjakan beserta antara kantorku dengan kantornya. Pikiran dagangku segera jalan serta saya menjanjikan buat menitipkan sebuah proposal kepada Yoda buat dibahas oleh tim kantornya di Malang.

Siang itu, sehabis meeting dengan galat satu klienku pada sebuah tempat kerja di wilayah Kuningan, aku berencana buat mampir ke rumah kost Yoda ? yang juga rumah kost Syanti – buat menitipkan proposal yg aku janjikan. saya mengendarai kendaraan beroda empat menuju daerah kost Yoda. Sesampainya di sana, saya melihat garasi kawasan mobil Yoda biasa diparkir dalam keadaan kosong yg menandakan Yoda sedang keluar. tetapi aku tidak mengurungkan niatku untuk bertemu menggunakan Yoda. selesainya aku memarkir mobil pada depan page tempat tinggal kost itu, saya masuk menuju ruang tamu yg di saat itu pintunya pada keadaan terbuka, serta eksklusif menuju ke kamar Yoda. pada dalam rumah itu ada 4 kamar dan kamar Yoda yg paling pojok, berhadapan menggunakan kamar Syanti.

Masing-masing kamar kelihatan tertutup pertanda tidak terdapat kehidupan pada pada rumah itu. aku ingin menulis pesan pada pintu kamar Yoda karena memang aku sangat perlu dengannya. sementara aku sedang menuliskan pesan, 62cbf8dfb3b6e9bb62f2742782f6a614 terdengar bunyi televisi asal dalam kamar Syanti, di depan kamar Yoda, pertanda terdapat seorang di dalam kamarnya. aku memastikan jika yg di dalam kamar itu ialah Syanti, bukannya orang lain. saya mengetuk pintu perlahan sembari memanggil nama Syanti.

tak beberapa lama kemudian pintu dibuka kira-kira sekepalan tangan serta aku melihat paras Syanti tampak asal celah pintu yang terbuka. “Eh, Mas.. cari Mas Yoda yaa.. tadi pagi sih ditungguin, akan tetapi Mas Yoda buru-buru berangkat Mas”, jawabnya sebelum aku bertanya. Entah mengapa, saat menatap mata Syanti yang sayu itu, pikiranku jadi teringat masa-masa latif yg pernah kami alami dulu. saya sambil tersenyum menatapnya seraya bertanya, “engkau nggak ke tempat kerja hari ini?” “Lagi kurang enak badan nih, Mas, tadi Santi bangunnya kesiangan, jadi males banget ke tempat kerja”, jawabnya singkat, sambil menggigit bibir bawahnya.

ada rasa menyesal kenapa beliau harus membolos ke tempat kerja hari ini. by majalahsex.com “Terus, Yoda umumnya jam berapa pulangnya, Santi?”, tanyaku sekedar berbasa-basi. “Mestinya sih jam lima nanti, akan tetapi mungkin bisa lebih usang, soalnya Mas Yoda hari ini terdapat tugas kelompok beserta sahabat-teman trainingnya”, jawabnya relatif kesal. ketika itu kira-kira jam 1 siang berarti Yoda kembali kira-kira 4 atau lima jam lagi, pikiranku mulai nakal. aku mencoba mencari bahan pembicaraan yang kira-kira mampu memperpanjang dialog kami supaya saya mampu lebih dekat dengan Syanti. agak usang saya terdiam. aku memandang matanya, memandang bibirnya yang basah. Bibirnya yang dipoles rona merah menambah sensual bentuknya yang tipis dan memang sangat indah itu. Semakin usang aaku melihatnya semakin aku berfantasi macam-macam. benar-benar, jantungku deg-degan saat itu. Mata Syanti tidak berkedip sekejap pun membalas tatapan mataku.

Sebuah desiran hangat mengalir keras pada dadaku, serta saya sungguh yakin Syanti pun masih mempunyai getar rasa yg sama denganku. selesainya relatif usang kami terdiam, “sahabat-sahabat kamarmu yang lain lagi pada kemana seluruh, Santi?”, menggunakan mata menatap sekeliling saya bertanya sekenaku, menanyakan keberadaan anak-anak kost yg lain. “Mas ini mau nyari Mas Yoda atau..”, kata-katanya terputus akan tetapi saya mampu menerjemahkan kelanjutan kalimatnya berasal senyuman di bibirnya. Akhirnya aku menetapkan buat to the point aja. “aku jua pengin ketemu denganmu, Santi!”, jawabku berpretensi-pura-pura. beliau tertawa pelan, “Mas, kenapa, sih?”, dia memandangku lembut. “Boleh aku masuk, Santi? terdapat sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu,”, jawabku lagi. “sebentar, ya.. Mas, kamar Santi lagi berantakan nih!” Syanti lalu menutup pintu di depanku. tak beberapa lama berselang pintu terbuka pulang, kemudian dia mempersilakan saya masuk ke dalam kamarnya. aku duduk di atas kasur yg digelar pada atas lantai.

Syanti masih sibuk membereskan sandang-sandang yang bertebaran pada atas sandaran kursi sofa. aku menatap tubuh Syanti yg membelakangiku. ketika itu beliau mengenakan kaos ketat rona kuning yg memberikan pangkal lengannya yg mulus. saya memandang pinggulnya yang ditutup oleh celana pendek. Tungkainya panjang serta pahanya bundar serta mulus. Kejantananku menjadi tegang memandang seluruh keindahannya, ditambah dengan khayalanku dulu, saat aku mempunyai kesempatan membelai-belai lembut ke 2 pangkal pahanya itu. kemudian Syanti duduk di sampingku. Lututnya ditekuk sehingga celananya agak naik ke atas membuat pahanya semakin terpampang lebar. Kali ini tanpa malu-malu aku menatapnya dengan sepengetahuan Syanti. beliau mencoba menarik turun relatif ke bawah ujung celananya untuk menutupi pahanya yang sedang saya rasakan. “Mas, mau bicara apa, sih?”, pungkasnya datang-datang.

saat itu otakku berpikir cepat, saya takut kalau sebenarnya aku tak punya bahan pembicaraan yg berarti dengannya. Soalnya dalam pikiranku waktu itu cuma ada imajinasi -imajinasi buat bercinta dengannya. “Mmm.. San.. aku beberapa hari ini acapkali bermimpi,”, kataku berbohong. Entah berasal mana saya menerima kalimat itu, aku sendiri tidak memahami namun aku merasa relatif tenang menggunakan pernyataan itu. “Mimpi ihwal apa, Mas?”, kelihatannya beliau begitu berfokus menangapiku dilihat asal caranya memandangku. “ihwal engkau , San”, jawabku pelan. Bukannya terkejut, malah sebaliknya dia tertawa mendengar bualanku. sampai-hingga Syanti menutup mulutnya agar suara tawanya tidak terdengar terlalu keras. “Emangnya Mas, mimpi apa sama aku ?”, tanyanya penasaran. “Ya.. biasalah, kamu jua pasti memahami”, jawabku sambil tertunduk.

tiba-datang beliau memegang tanganku. saya benar-sahih terkejut kemudian menoleh ke arahnya. “Mas ini ada-terdapat saja, Mas ‘kan sekarang telah punya yang di tempat tinggal , lagian saya pula ‘kan sudah punya pacar, masa masih mau mimpi-mimpiin orang lain?” “Makanya saya pula gundah, Santi. Lagian kalaupun bisa, saya sebenarnya nggak ingin bermimpi wacana engkau , Santi”, jawabku 1ebc1a17ad3a1674c3f11a3cde0327c7 memelas. Kami sama-sama terdiam. aku meremas jemari tangannya kemudian perlahan aku mengangkat menuju bibirku. beliau memperhatikanku pada waktu saya melabuhkan ciuman mesra ke punggung tangannya. aku menggeser posisi dudukku agar lebih dekat dengan tubuhnya. saya memandangi wajahnya. Mata kami berpandangan. Wajahku perlahan mendekati wajahnya, mencari bibirnya, semakin dekat serta tiba-datang wajahnya berpaling sehingga mulutku mendarat di pipinya yang mulus. kedua tanganku kini berkecimpung aktif memeluk tubuhnya. Tangan kananku menggapai dagunya lalu mengarahkan wajahnya berhadapan dengan wajahku. saya meraup mulutnya seketika dengan mulutku. Syanti menggeliat pelan sembari menjelaskan namaku. “Mas.., cukup mas!”, tangannya mencoba mendorong dadaku buat menghentikan kegiatanku. saya menghentikan aksiku, kemudian 1ebc1a17ad3a1674c3f11a3cde0327c7 meminta maaf kepadanya. “Maafkan aku , Santi.. saya nggak bisa lagi Jika setiap malam memimpikan dirimu”, saya 1ebc1a17ad3a1674c3f11a3cde0327c7 menunduk lagi seolah-olah menyesali perbuatanku. “saya mengerti Mas, saya juga nggak bisa menyalahkan Mas sebab mimpi-mimpimu itu. Bagaimanapun pula, kita pernah merasa deket Mas”, tampaknya Syanti memafkan serta memaklumi perbuatanku barusan. aku menatap wajahnya lagi. terdapat semacam kesedihan di wajahnya hanya saja saya tak tahu apa penyebabnya. Pipinya masih kelihatan memerah bekas cumbuanku tersebut. “saya juga ingin membantu Mas agar tidak terlalu memikirkanku lagi, akan tetapi..” kalimatnya terputus.

dalam hati aku tersenyum menggunakan kalimat “ingin membantu..” yg diucapkannya. “Santi, saya cuma ingin pergi berdua denganmu, sekali saja.., sebelum kamu benar-sahih menjadi milik Yoda. supaya aku bisa melupakanmu”, kataku memohon. “Kita kan sama-sama sudah terdapat yang punya, Mas.., nanti jika ketahuan gimana?” Nah, kalau sudah hingga disini saya merasa mendapat angin. Kesimpulannya beliau masih mau pulang denganku, asal jangan sampai ketahuan sama Yoda. “ ketahuan.. aku akan bertanggung jawab, Santi”, sehabis itu aku memeluknya lagi. serta kali ini beliau sahih-sahih pasrah pada pelukanku. Malah tangannya ikut membalas memeluk tubuhku. Telapak tanganku perlahan mengelus punggungnya dengan mesra, ad interim bibirku tak tinggal diam menciumi pipi kemudian turun ke lehernya yg jenjang. Syanti mendesah. aku menciumi kulitnya dengan penuh nafsu. Mulutku meraup bibirnya. Syanti diam saja. saya melumat bibirnya, lalu aku menjulurkan lidahku perlahan seiring mulutnya yg seperti mempersilakan lidahku buat menjelajah rongga mulutnya. Nafasnya mulai tidak teratur ketika lidahku memilin lidahnya. Kesempatan ini saya gunakan untuk membelai payudaranya. Perlahan telapak tanganku aku tarik dari punggungnya melalui ketiaknya. Tanpa berhenti membelai, telapak tanganku kini sudah berada di sisi payudaranya. aku sahih-sahih hampir tidak bisa menguasai birahiku waktu itu. Apalagi saya sudah sering membayangkan kesempatan seperti saat ini terulang lagi bersamanya. kini telapak tanganku telah berada di atas gundukan daging di atas dadanya. tidak terlalu akbar dan tidak terlalu kecil, justru yang mirip ini yang paling latif menurutku. di waktu tanganku mulai meremas payudaranya yang sebelah kanan, tangan Syanti mencoba menunda aksiku. Payudaranya masih kencang dan padat membuatku semakin bernafsu buat meremas-remasnya. “Mas, jangan kini Mas.. Santi takut..”, ucapnya berulang kali. saya jua merasa tindakanku ketika itu benar -betul nekat, apalagi pintu kamar masih terbuka setengah. Jangan-jangan ada orang lain yg melihat perbuatan kami. Wah, mampu gawat jadinya. saya akhirnya berdiri asal kawasan dudukku buat menenangkan suasana.

saya bukanlah tipe 604dea25b3a655fe1ab94434fad99f27 yang suka terburu-buru pada berbagai hal, khususnya pada persoalan percintaan. aku kini duduk pada kursi sofa menghadap Syanti, sedangkan Syanti masih pada atas kasur sembari memperbaiki rambut dan kaosnya kuningnya yang agak kusut. “Mas, mau ngajak Santi ke mana, sih”, Syanti menatap wajahku. “Pokoknya kawasan di mana tidak terdapat orang yang mampu merusak kenyamanan kita, Santi”, jawabku sambil memandang permukaan dadanya yang baru saja saya remas-reMas. Syanti duduk sambil bersandar menggunakan kedua tangan pada belakang buat menahan tubuhnya. Payudaranya jadi kelihatan menonjol. saya memandang nakal ke arah payudaranya sambil tersenyum. Kakinya diluruskan sampai menyentuh telapak kakiku. “akan tetapi bila ketahuan.. Mas yang tanggung jawab, yaa..”, pungkasnya mencoba menuntut penjelasanku lagi. saya mengangguk. “Terus kapan jalan-jalannya, Mas?”, “Gimana kalo besok sore jam 4, besok ‘kan Jum’at, bisa kembali lebih awal ‘kan?”, tanyaku. “Ketemu di mana?”, tanyanya bertanya-tanya. “engkau telepon saya, kasih memahami kamu lagi dimana waktu itu, lalu saya akan menjemputmu pada sana, gimana?”, tanyaku lagi. dia tersenyum menatapku, “Wah, Mas ternyata pintar banget buat urusan begituan.”, aku tertawa. “tapi saya nggak mau bila Mas nakalin aku kayak dulu lagi!!,”, tegasnya. saya terkejut namun 1ebc1a17ad3a1674c3f11a3cde0327c7 mengiyakan, soalnya tadi aku merasa besok aku sudah bisa menikmati kehangatan tubuh Syanti mirip dulu lagi. Makanya besok sengaja saya memilih saat sore hari sebab saya ingin mengajaknya menginap, kalau dia mau. tetapi aku membisu saja, yang penting beliau telah mau aku ajak pergi, tinggal solusinya saja. Lagian ngapain dia mesti minta tanggung jawab, saya tidak berbuat apa-apa dengannya, pikirku lagi. Ah, lihat besok sajalah.

Pukul 3 siang, akhirnya saya wajib kembali ke kantorku, di samping memang Syanti juga meminta aku segera kembali karena dia jua takut kalau datang-datang Yoda memergoki kami sedang berdua pada kamar. namun sebelum balik aku masih sempat menikmati bibir Syanti sekali lagi ketika berdiri di samping pintu. saya malah sempat menekan tubuh Syanti hingga punggungnya bersandar pada dinding. Kesempatan ini aku pakai buat menekan kejantananku yg sedari tadi butuh penyaluran ke selangkangannya. by majalahsex.com tetapi hal itu tak berlangsung lama sebab situasinya memang tidak memungkinkan. by majalahsex.com pada kantor.., di rumah.. saya selalu gelisah. Kejantananku senantiasa menegang membayangkan apa yg telah dan akan saya lakukan terhadap Syanti nanti. Keesokan harinya, disaat saya menunggu tibanya waktu bertemu, saya merasa waktu berjalan begitu lambat. sampai pukul 5 sore, seperti ketika yang telah kami sepakati kemarin, aku sedang menanti-nanti telepon dari Syanti.

aku mulai gelisah saat 15 mnt sudah lewat, namun Syanti belum juga meneleponku. aku mulai menghitung detik-dtk yg berlalu sampai hampir 1/2 jam, serta tiba-datang handphoneku berbunyi. Seketika saya mengangkat telepon itu. berasal seberang sana aku mendengar bunyi Syanti yang sangat saya nanti-nantikan. Syanti meminta maaf sebelumnya, karena kesibukannya hari itu tidak memungkinkan baginya buat balik berasal kantor lebih awal. banyak pekerjaannya yg menumpuk, karena kemarin dia tidak masuk ke tempat kerja. waktu itu dia memintaku buat menjemputnya pada sebuah wartel dekat pertigaan pada seberang kantornya. saya langsung menyambar kunci kendaraan beroda empat, lalu keluar dari kantorku dan bergegas menuju wartel kawasan di mana Syanti sedang menungguku. saya memarkir kendaraan beroda empat di depan wartel itu, serta tidak lama berselang saya melihat Syanti keluar asal wartel, menggunakan memakai kaos ketat warna orange bertuliskan Mickey Mouse (tokoh favoritnya) pada bagian dadanya, dipadukan celana jeans warna abu-abu. Blazer kerjanya telah dia lepas, dan ditenteng bersama tas kerjanya. saya masih ingat, ia memang selalu tampil ke kantor dengan sandang casual setiap hari Jum’at. Syanti langsung naik ke atas mobilku, sesudah memastikan tidak terdapat orang lain yang mengenalinya di daerah itu. aku tersenyum memandangnya. Syanti kelihatan begitu rupawan hari ini. Bibirnya tidak dipoles menggunakan lipstik merah seperti umumnya. beliau hanya menyapukan lipsgloss tipis, yg menghasilkan jantungku semakin deg-degan. saya segera menancap gas menuju tol ke arah Ancol. Selama di bepergian, saya serta Syanti bercerita tentang berbagai hal, termasuk Yoda serta kehidupan keluargaku.

Sesampainya di Ancol aku mengajak Syanti buat makan pada sebuah tempat tinggal makan di tepi laut yang perbedaan makna romantisnya sangat terasa. Tanpa canggung lagi aku memeluk pinggang Syanti, di saat kami memasuki rumah makan tadi. Syanti jua melingkarkan tangannya pada pinggangku. selesainya memesan makanan serta minuman, aku memeluknya lagi. Tanganku bergerilya pada kurang lebih pinggangnya yg terbuka. Suasana lesehan di tempat tinggal makan itu, yang ruangannya disekat-sekat menjadi beberapa kawasan menggunakan pembatas dinding bilik yang cukup tinggi, menghasilkan aku bisa bertindak leluasa pada Syanti. “tersebut malam mimpi lagi, nggak?”, tanyanya memecah keheningan. “Nggak, tapi aku sempat gelisah nggak bisa tidur sebab terus membayangkanmu”, jawabku tanpa malu-malu. Syanti tertawa, sembari tangannya mencubit pinggangku.

Hari sudah menjelang malam waktu kami meninggalkan kawasan itu. selesainya berputar-putar pada kurang lebih lokasi pantai, akhirnya saya memutuskan buat menyewa sebuah kamar pada sebuah cottages di kawasan Ancol. Semula Syanti menolak, sebab dia takut jikalau kami tidak bisa menunda diri. saya akhirnya meyakinkan Syanti bahwa sebenarnya saya cuma ingin berdua saja dengannya, sembari memeluk tubuhnya, itu saja. Akhirnya Syanti mengalah. ketika kami sudah berada pada dalam kamar cottages itu, Syanti tampak jadi pendiam. dia duduk di atas kursi memandang ke arah bahari, ad interim saya rebahan di atas tempat tidur. aku mencoba mencairkan suasana, dengan pulang bertanya tentang kesibukan pekerjaannya hari itu. Selama aku bertanya kepadanya, beliau cuma menjawab singkat menggunakan kata-kata iya dan tidak. Hanya itu yg keluar asal mulutnya. “Mas, absolut engkau menganggap saya cewek murahan, yaa.. kan?”, akhirnya Syanti mau mulai membuka pembicaraan pula.

Ternyata, dengan mengingat statusnya waktu ini menjadi tunangan Yoda, Syanti masih belum bisa mendapatkan perlakuanku yang membawanya ke pada cottages ini. tetapi saya tak menyesal sebab dalam pikiranku sebenarnya dia sudah memahami apa yg akan terjadi, sejak kejadian kemarin siang pada kamarnya. Tinggal bagaimana caranya aku mampu mengajaknya bercinta tanpa ada pemaksaan sedikitpun. “Santi, aku telah bilang semenjak kemarin jikalau aku ingin berduaan saja bersamamu, sebelum Yoda benar-enar menikahi kamu. saya hanya ingin memelukmu tanpa terdapat rasa takut, itu saja. dan saya rasa pada sinilah tempatnya”, jawabku mencoba menyampaikan pengertian kepadanya. “tetapi, apa Mas sanggup buat tak melakukan yg lebih asal itu?”, Syanti menatapku dengan sorotan mata tajam. “jikalau kamu gimana?”, saya malah pulang bertanya. “saya tanya, kok malah pulang nanya ke saya sih?”, dia bertanya dengan nada relatif ketus. “aku bisa, Santi”, tegasku. Akhirnya beliau tersenyum juga. Syanti lalu berjalan ke arahku menuju kawasan tidur lalu duduk di sampingku. saya kemudian merangkul tubuhnya dan membaringkan tubuhnya di atas kasur. “Janji ya, Mas..!”, ungkapnya lagi. aku mengangguk.

sekarang aku memeluk tubuh indah Syanti dengan posisi menyamping, sedang Syanti rebah menghadap ke atas langit-langit kamar. aku mencium pipinya, sambil jemariku membelai-belai bagian belakang telinganya. Matanya terpejam seolah menikmati usapan tanganku. saya memandangi wajahnya yg anggun, hidungnya yang mancung, lalu bibirnya. aku tidak tahan untuk berlama-usang menunggu, sebagai akibatnya akhirnya saya memberanikan diri buat mencium bibirnya. saya melumat bibir tipis itu menggunakan mesra, kemudian saya mulai menjulurkan lidahku ke dalam mulutnya. Mulutnya terbuka perlahan mendapatkan lidahku. cukup usang aku mempermainkan lidahku pada pada mulutnya. Lidahnya begitu proaktif menanggapi permainan lidahku, hingga-sampai nafas kami berdua menjadi tersengal-sengal tidak beraturan. Sesaat kemudian, ciuman kami terhenti buat menarik nafas, lalu kami mulai berpagutan lagi.. serta lagi.. Tangan kiriku yang bebas buat melakukan sesuatu terhadap Syanti, kini mulai aku aktifkan.

aku membelai, meremasi pangkal lengannya yang terbuka. saya membuka telapak tanganku, sehingga jempolku bisa menggapai permukaan dadanya sambil tetap membelai lembut pangkal lengannya. Bibirku sekarang turun menyapu kulit putih pada lehernya seiring telapak tanganku meraup bukit indah payudaranya. Syanti menggeliat bagai cacing kepanasan terkena terik surya. suara rintihan berulang kali keluar asal mulutnya, disaat lidahku menjulur, menjilat, membasahi, menikmati batang lehernya yg jenjang. “Mas, jangan..!”, Syanti mencoba menarik telapak tanganku yang kini sedang mereMas, menggelitik payudaranya. aku tak peduli lagi. Lagi pula beliau juga sepertinya tidak benar-benar-sungguh buat melarangku. Hanya mulutnya saja yg seolah melarang, sementara tangannya cuma sebatas memegang pergelangan tanganku, sembari permanen membiarkan telapak tanganku terus mengelus serta meremas buah dadanya yang mulai mengeras membusung.

Suasana angin pantai yang dingin di luar sana, sangat perbedaan nyata dengan keadaan pada dalam kamar tempat kami bergumul. aku dan Syanti mulai merasa kegerahan. aku akhirnya membuka kaosku sebagai akibatnya bertelanjang dada. “Santi, Mas sangat ingin melihat payudaramu, ‘yg..”, ujarku sembari mengusap bagian zenit puting payudaranya yang menonjol. Syanti balik menatapku tajam. Mestinya aku tak perlu memohon kepadanya sebab saat itupun saya telah membelai serta meremas-remas payudaranya. tetapi entah mengapa aku lebih senang Jika Syanti yang membuka kaosnya sendiri untukku. “akan tetapi janji Mas yaa.., cuma yg ini aja”, pungkasnya lagi. aku cuma mengangguk, padahal aku tidak memahami apa yang mesti saya janjikan lagi. Syanti akhirnya membuka kaos ketat warna orange-nya pada depan mataku. aku terkagum-kagum saat menatap 2 gundukan daging pada dadanya, yg masih tertutup sang sebuah berwarna bra berwarna hitam. Payudara itu begitu membusung, menantang. Bukit-bukit di dada Syanti naik turun seiring menggunakan desah nafasnya yg memburu. sembari berbaring Syanti membuka pengait bra pada punggungnya. Punggungnya melengkung latif. saya menunda tangan Syanti saat dia mencoba untuk menurunkan tali bra-nya asal atas pundaknya. Justru dengan keadaan bra-nya yg longgar sebab tanpa pengait mirip itu, membentuk payudaranya semakin menantang.

Payudaranya sangat putih perbedaan nyata menggunakan rona bra-nya, sangat terawat serta sangat kencang, seperti yg selama ini selalu saya bayang-bayangkan. “Payudaramu masih permanen indah sekali. Santi, engkau pintar merawat, yaa..”, saya mencoba menyampaikan estetika di tubuhnya. “Pantes si Yoda jadi tergila-gila sama beliau,”, pikirku. lalu, perlahan-huma aku menarik turun cup bra-nya. Mata Syanti terpejam. Perhatianku terfokus ke puting susunya yg berwarna merah agak coklat. Lingkarannya tak begitu besar , namun ujung-ujung puncaknya begitu runcing serta kaku. saya mengusap putingnya kemudian saya memilin menggunakan jemariku. Syanti mendesah. Mulutku turun ingin mencicipi payudaranya. “Egkhh..”, rintih Syanti saat mulutku melumat puting susunya. aku mempermainkan menggunakan pengecap serta gigiku. Sekali-sekali saya menggigit lembut putingnya, lalu aku hisap kuat-kuat sehingga membuat Syanti menarik, menjambak rambutku. Puas menikmati buah dada yang sebelah kiri, aku mencium butir dada Syanti yg satunya, yg belum sempat aku rasakan. Rintihan-rintihan serta desahan kenikmatan silih berganti keluar berasal mulut Syanti. sembari menciumi payudara Syanti, tanganku turun membelai perutnya yang datar, berhenti sejenak pada pusarnya kemudian perlahan turun mengitari lembah di bawah perut Syanti. aku membelai pahanya sebelah dalam terlebih dahulu sebelum saya memutuskan buat meraba bagian kewanitaannya yg masih tertutup sang celana jeans ketat yg dikenakan Syanti.

Secara tiba-datang, saya menghentikan kegiatanku, kemudian berdiri pada samping ranjang. Syanti tertegun sejenak memandangku, lalu matanya terpejam pulang ketika aku membuka pantalon rona hitam yg aku kenakan. Sengaja saya membiarkan lampu kamar cottage itu menyala terperinci, supaya saya mampu melihat secara jelas detil berasal setiap inci tubuh Syanti yang selama ini acapkali saya jadikan fantasi seksualku. aku masih berdiri sembari memandang tubuh Syanti yang tergolek pada ranjang, menantang. Kulitnya yang putih membentuk mataku tidak jemu memandang. Perutnya begitu datar. Celana jeans ketat yang dipakainya telihat terlalu longgar pada pinggangnya namun pada bagian pinggulnya begitu pas buat menunjukkan lekukan pantatnya yg tepat. Puas memandangi tubuh Syanti, kemudian aku membaringkan tubuhku di sampingnya. aku merapikan untaian rambut yg menutupi beberapa bagian pada permukaan wajah dan leher Syanti. saya membelai lagi payudaranya. aku mencium bibirnya sambil aku tuang air liurku ke pada mulutnya. Syanti menelannya. Tanganku turun ke bagian perut kemudian menerobos masuk melalui pinggang celana jeans-nya yg memang relatif longgar. Jemariku bergerak lincah mengusap dan membelai selangkangan Syanti yg masih tertutup celana dalamnya. Syanti menahan tanganku, ketika jari tengah tanganku membelai bagian atas celana dalamnya tepat diatas kewanitaannya. ia telah basah.. saya terus mempermainkan jari tengahku buat menggelitik bagian yg paling pribadi di tubuh Syanti.

Pinggul Syanti perlahan bergerak ke kiri.., ke kanan.. serta sekali waktu bergoyang buat menetralisir ketegangan yg dialaminya. “Mas, nanti kita terlalu jauh, Mas..”, ungkapnya perlahan sambil menatap sayu ke arahku. Matanya yg sayu ditambah menggunakan rangsangan yg tengah dialaminya, menambah redup bola matanya. benar-benar, aku semakin bernafsu melihatnya. aku menggeleng lalu tersenyum, bahkan saya malah menyuruh Syanti buat membuka celana jeans yang dipakainya. Tangan kanan Syanti berhenti pada bagian atas kancing celananya. dia kelihatan ragu-ragu. saya kemudian berbisik mesra ke telinganya, jikalau saya ingin memeluknya dalam keadaan telanjang seperti yg selama ini senantiasa aku mimpikan. Syanti kemudian membuka kancing serta menurunkan reitsliting celana jeans-nya. Celana pada hitam yg dikenakannya begitu mini sehingga rambut-rambut pubis yg tumbuh pada lebih kurang kewanitaannya hampir sebagian keluar dari pinggir celana dalamnya. aku membantu menarik turun celana jeans Syanti. Pinggulnya relatif dinaikkan saat aku relatif kesusahan menarik celana jeans itu. Posisi kami kini sama-sama tinggal mengenakan celana dalam. Tubuhnya tampak semakin seksi saja. Pahanya begitu mulus. Memang wajib aku akui tubuhnya begitu menarik dan memikat, penuh menggunakan sex appeal.

Syanti menarik selimut untuk menutupi permukaan tubuhnya. aku beringsut masuk ke pada selimut lalu memeluk erat tubuh Syanti. Kami berpelukan. aku menarik tangan kirinya untuk menyentuh ketua kejantananku. beliau tampak terkejut saat menerima kejantananku yg tanpa epilog lagi. Memang, sebelum saya masuk ke dalam selimut, aku sempat melepaskan celana dalamku tanpa sepengetahuan Syanti. aku tersenyum nakal. “Occhh..”, Syanti semakin kaget ketika tangannya menyentuh kejantananku yg telah tegak menegang. “Kenapa, Santi?”, aku bertanya 1ebc1a17ad3a1674c3f11a3cde0327c7 tidak mengerti. Padahal aku memahami beliau absolut terkejut karena mencicipi betapa telah bertenaga serta kokohnya kejantananku saat ini. Syanti tersenyum memalukan. Sentuhan kejantananku pada tangannya menghasilkan Syanti merasa malu, tetapi hati kecilnya mau, ditambah sedikit rasa takut, mungkin.. kini , Syanti mulai berani membelai dan menggenggam kejantananku. Belaiannya begitu mantap menandakan Syanti begitu piawai pada urusan yang satu ini. “Tangan engkau semakin pandai yaa.., Santi”, ujarku sambil memandang tangannya yang mulai mengocok-ngocok lembut sekujur kejantananku. “Ya, mesti dong..,’kan Mas yang dulu ngajarin Santi!”, jawabnya sembari cekikikan. menerima jawaban pertanyaan seperti itu, entah mengenapa hasrat birahiku tiba-datang menjadi semakin liar.

namun saya permanen berusaha bertahan untuk sementara waktu, sebelum saya mencicipi beliau sahih-benar siap buat berpaducinta denganku. sembari meresapi kenikmatan usapan-usapan yang saya rasakan di sepanjang kulit btg kejantananku, jari-jemariku yang nakal mulai masuk asal samping celah celana dalam Syanti. Telapak tanganku pribadi menyentuh bibir kewanitaannya yg sudah merekah basah. Jari telunjukku membelai-belai sejumput daging mungil pada pada lepitan celahnya, sebagai akibatnya Syantipun semakin merasakan nikmat semata. “engkau mau mencium kejantananku nggak, Santi?”, tanyaku tanpa membuat malu-membuat malu lagi. Syanti tertawa sambil mencubit btg kejantananku. saya meringis. “bila punya Mas yg sekarang, kayaknya Santi nggak bisa?”, ujarnya. “Kenapa memangnya, apa bedanya punya Mas yg dulu dengan yang kini ?”, tanyaku penasaran. “yg sekarang kayaknya nggak muat pada mulutku, soalnya cita rasanya tambah akbar dari yg dulu..”, selesai berkata demikian Syanti pribadi tertawa kecil. “bila yang dibawah, gimana?”, tanyaku lagi sambil menusukkan jari tengahku ke dalam lubang kewanitaannya.

Syanti merintih sembari menahan tanganku. by majalahsex.com tetapi jariku telah terlanjur karam ke dalam liang senggamanya. aku merasakan liang kewanitaannya berdenyut menjepit jariku. Oooch.., sempurna nikmat sekali kalau saja kejantananku yg diurut, pikirku. datang-datang, matanya memandang tajam ke arahku, dengan muka yg agak berkerut masam. “Kenapa, Santi, terdapat apa ‘yg?”, saya bertanya sembari menarik tanganku dari liang kewanitaannya. aku memahami dia marah, tetapi apa sebabnya..? “Anak ini, kok aneh banget, jual mahal lagi”, pikirku. “..atau dia ingat Yoda, sebagai akibatnya datang-tiba beliau merasa bersalah?” “..terus ngapain dia mau saya cumbu semenjak kemarin?”, aku masih penasaran menggunakan sikapnya yang tiba-tiba berubah. “Mas ‘kan telah janji buat tidak melakukannya, ‘kan?”, tiba-tiba Syanti berbicara. aku terdiam.

“saya tadinya nggak mau kita masuk ke kamar ini, sebab aku takut kita nggak bisa menahan impian buat melakukannya lagi, Mas”, tambahnya menyampaikan pengarahan kepadaku. “Bagaimanapun juga khusus buat yang satu ini, Santi tidak dapat menyampaikan buat Mas lagi. Bukan hanya Mas yg nggak tahan, aku jua sebenarnya telah nggak tahan.. aku nggak munafik, Mas. tapi.. kumohon, please.. Mas mau mengerti posisiku kini ”, sembari mengatakan demikian Syanti mencium keningku. saya tidak tahu harus berbuat apa waktu itu. pada posisi yg telah sama-sama telanjang, kecuali Syanti yang masih mengenakan celana dalamnya, berdua di dalam sebuah kamar pada tepi laut yg romantis, bisa dibayangkan apa sebenarnya yang bakal terjadi. tetapi kali ini tidaklah demikian. Bayanganku perihal kenikmatan ketika bercinta dengan Syanti sirna sudah, atau setidaknya tidak dapat aku nikmati ketika ini. akan tetapi sampai kapan? saya jadi berpikiran buat memaksanya saja melakukan persetubuhan, namun hal itu bertentangan dengan hati nuraniku. Akhirnya aku cuma bisa pasrah serta membisu. Kejantananku yang tadi saya rasakan telah tegang menantang, datang-datang menjadi lemas pada genggaman tangan Syanti. Syanti meminta maaf kepadaku, menyadari jika saya kecewa menggunakan pernyataannya. aku merasa sudah tidak mungkin bisa buat melanjutkan permainan cinta lagi.

aku akhirnya meminta ijin pada Syanti untuk mandi. sungguh,.. saya merasa kecewa sekali. di pada kamar mandi, saya usang terdiam. aku memandang tubuhku di depan cermin. lalu aku guyur tubuhku dengan air yg mengalir deras berasal shower di atas kepalaku. saya ingin mendinginkan suhu tubuhku. tiba-tiba, saya merasakan ada orang lain yang memelukku berasal arah belakang. aku terkejut, namun cuma sesaat sesudah menyadari, ternyata Syantilah yg ada di belakangku. dia tersenyum memandangku. “Ecchh.. kamu Santi, jangan deket-deket acchh.., saya masih kesel nih!!”, gumamku berpretensi-pura-pura sembari mencoba membalas senyumannya. “aku ingin mandi bersamamu, Mas,.. boleh?”, pintanya manja. aku tidak menjawab permintaannya. saya langsung menarik tubuhnya buat berhadapan denganku. Masih di bawah guyuran air yg mengalir asal shower, aku menangkap lengannya, lalu memandang tajam ke arahnya. Berulang kali tanganku mencoba mengusap wajah bagus sensualnya berasal guyuran air. Rambutnya yg basah semakin menambah keerotisan wajahnya. dengan perlahan tanganku menangkap payudaranya dan mengusap, meremas kuat. Syanti meringis. Bukannya melarang, Syanti malah mengambil sabun, dan mulai menyabuni tubuhku. Mula-mula berasal dada, ke belakang punggung kemudian menuju ke bawah, ke btg kejantananku.

aku merasa aneh atas sikapnya yg berubah-ubah dan senang menarik hati. Diusapnya lembut btg kejantananku yang bertahap mulai mengeras balik . Tangannya yg penuh dengan busa sabun, begitu lembut mengocok btg kejantananku sebagai akibatnya aku merasa sangat nikmat. saya tidak tinggal membisu, saya membalas menyabuni sekujur tubuh Syanti. aku mengikuti setiap gerakan yang dibuatnya terhadap tubuhku lalu saya mempraktekkan kepadanya. saya membalikkan tubuh Syanti, sebagai akibatnya kini beliau membelakangiku. Sengaja saya memposisikan tubuhnya berada pada depanku, agar aku bisa melihat bagian depan tubuhnya di bagian atas cermin pada depannya. saya melihat ekspressi wajah Syanti pada permukaan cermin. Mata kami beradu pandang, ad interim tanganku membelai-belai payudaranya yg mulai mengeras. saya mempermainkan puncak -zenit putungnya menggunakan jemariku, ad interim tanganku yg satunya mulai meraba bulu-bulu lebat di sekitar liang kewanitaan Syanti. dengan sedikit membungkukkan tubuh, aku meraba bagian atas bibir kewanitaan Syanti. Jari tengahku mempermainkan klitorisnya yg mengeras terkena siraman air. btg kejantananku yg kini sudah siap tempur, berada pada genggaman tangan Syanti.

ad interim aku merasakan, celah kewanitaan Syanti juga telah mulai mengeluarkan cairan cinta yg meleleh melewati jemari tanganku yg kini sedang menyusuri lorong di dalamnya. saya membalikkan tubuh Syanti balik , sebagai akibatnya kini posisinya berhadap-hadapan denganku. saya memeluk tubuh Syanti sehingga batang kejantananku menyentuh pusarnya. Tanganku membelai punggungnya, kemudian turun meraba bukit-bukit pantatnya yang membulat latif. Syanti membalas pelukanku menggunakan melingkarkan tangannya di pundakku. kedua telapak tanganku meraih pantat Syanti. saya meremas menggunakan sedikit relatif kasar, kemudian saya mengangkat agak ke atas, agar btg kejantananku berada sempurna di depan gerbang kewanitaannya. Kaki Syanti sekarang tidak lagi menyentuh bagian atas lantai kamar mandi. Kaki Syanti menggunakan sendirinya mengangkang waktu aku mengangkat pantatnya. Meski relatif susah namun aku permanen berusaha supaya btg kejantananku bisa masuk merasakan jepitan liang kewanitaan Syanti. aku mencicipi ketua kejantananku telah menyentuh bibir kewanitaan Syanti. aku menekan perlahan, seiring menggunakan menarik butir pantatnya ke arah tubuhku. Syanti menggeliat. saya merasa kesulitan buat memasukkan batang btg kejantananku ke pada liang kewanitaan Syanti, karena kejantananku yg terus-terusan basah terkena air shower. Akhirnya, saya mengangkat tubuh Syanti ke luar dari kamar mandi. Bagaimanapun pula aku tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini, apalagi terbukti tersebut, Syanti hanya membisu saja saat aku berusaha menyusupkan btg kejantananku ke liang senggamanya. pada waktu saya membawanya menuju daerah tidur, Syanti melingkarkan ke 2 kakinya pada pinggangku.

aku membaringkan tubuhnya pada atas kasur. lalu, denhan hati-hati tubuhku menyusul menimpa ke atas tubuhnya. Kami tidak mempedulikan butiran-butiran air yg masih melekat pada sekujur tubuh kami, sehingga membasahi bagian atas kasur. aku menciumi lagi lehernya yg jenjang kemudian turun melumat puting payudaranya. Telapak tanganku terus membelai dan meremasi setiap lekuk serta tonjolan tubuh Syanti. aku pulang melebarkan ke 2 pahanya, sambil mengarahkan btg kejantananku ke bibir kewanitaan Syanti. Syanti mengerang lirih. Matanya perlahan terpejam. Giginya menggigit bibir bawahnya buat menahan laju birahinya yg semakin bertenaga. aku menatap mata Syanti penuh impian nafsu. Bola matanya seakan memohon kepadaku buat segera memasuki tubuhnya. “saya ingin bercinta denganmu, Santi”, bisikku pelan, sementara ketua kejantananku masih melekat pada belahan liang kewanitaan Syanti. kata-kataku yang terakhir ini ternyata menghasilkan wajah Syanti memerah. Mungkin, saat beserta Yoda, dia jarang mendengar permintaan yg terlalu to the point begitu. saya bisa memastikan, Syanti relatif membuat malu mendengarnya. saya berhenti sesaat untuk menunggu jawaban permohonanku kepadanya, karena bagaimana pun aku tidak mau melakukan persetubuhan tanpa memperoleh persetujuan darinya. saya bukan tipe yang demikian. Bagiku berpaducinta ialah konvensi, putusan bulat berdasarkan pencerahan tanpa adanya unsur pemaksaan. Syanti menatapku sendu kemudian mengangguk pelan sebelum memejamkan matanya. Bukan main rasa senangnya hatiku.

CASINO69

Baca carita Lainnya di CASINO69

Akhirnya.. “..yes!”. saya berjanji akan memperlakukannya menggunakan hati-hati sekali, begitu yg ada pada fikiranku. sekarang aku berkonsentrasi penuh menggunakan menuntun btg kejantananku yang perlahan mulai menyusup melesak ke dalam liang kewanitaan Syanti. Mula-mula terasa seret memang, tetapi saya malah semakin menyukainya. Perlahan tetapi pasti, kepala kejantananku membelah liang kewanitaannya yang ternyata begitu kencang menjepit btg kejantananku. Dinding dalam kewanitaan Syanti ternyata telah begitu licin, sehingga relatif memudahkan kejantananku untuk menyusup lebih ke pada lagi. Syanti memeluk erat tubuhku sembari membenamkan kuku-kukunya pada punggungku, sampai saya agak kesakitan. namun aku tak peduli. “Mas, gede banget, occhh..”, Syanti menjerit lirih. Tangannya turun menangkap btg kejantananku. “Pelan maas..”, ungkapnya berulang kali, padahal aku merasa aku telah melakukannya dengan begitu pelan serta hati-hati. Mungkin karena lubang kewanitaannya tak pernah lagi dimasuki btg kemaluan mirip milikku ini. Soalnya saya memahami absolut ukuran kejantanan Yoda, pacar Syanti tidaklah sebesar yang aku miliki.

Makanya Syanti relatif merasa kesakitan. Akhirnya btg kejantananku terbenam pula di pada kewanitaan Syanti. aku berhenti sejenak buat menikmati denyutan-denyutan yg muncul akibat kontraksi otot-otot dinding kewanitaan Syanti. Denyutan itu begitu kuat, sampai-hingga aku memejamkan mata buat mencicipi kenikmatan yg begitu sempurna. aku melumat bibir Syanti sembari perlahan-lahan menarik batang kejantananku,.. buat selanjutnya saya benamkan lagi, masuk.., keluar.., masuk.., keluar.. aku meminta Syanti untuk membuka kelopak matanya. Syanti berdasarkan. aku sangat suka melihat matanya yg semakin sayu menikmati batang kejantananku yg keluar masuk di dalam kewanitaannya. “aku senang kewanitaanmu, Santi, kewanitaanmu masih tetap rapet, ‘yang”, ujarku sembari merintih keenakan. sungguh, liang kewanitaan Syanti masih terasa lezat sekali. “Icchh.. Mas ngomongnya kini vulgar banget”, balasnya sembari tersipu malu, kemudian beliau mencubit pinggangku. “akan tetapi enak ‘kan, ‘yang?”, tanyaku, yang dijawab Syanti dengan sebuah anggukan mungil. saya meminta Syanti buat menggoyangkan pinggulnya. Syanti eksklusif mengimbangi gerakanku yg naik turun menggunakan goyangan memutar pada pinggangnya. “suka btg kejantananku, Santi?”, tanyaku lagi. Syanti hanya tersenyum.

btg kejantananku terasa mirip diremas-reMas. Masih ditambah lagi dengan jepitan liang senggamanya yang sepertinya punya kekuatan magis untuk menyedot meluluh lantakkan otot-otot kejantananku. “Makin pintar saja beliau menggoyang”, batinku dalam hati. “Occhh..”, aku menjerit panjang. rasanya begitu nikmat. aku mencoba mengangkat dadaku, membentuk jeda dengan dadanya, dengan bertumpu pada kedua tanganku. menggunakan demikian saya semakin bebas dan leluasa buat mengeluar-masukkan batang kejantananku ke pada liang senggama Syanti. aku memperhatikan dengan seksama kejantananku yang keluar masuk lincah di sana. menggunakan posisi mirip ini aku merasa begitu jantan. Syanti semakin melebarkan kedua pahanya, ad interim tangannya melingkar erat pada pinggangku. Gerakan naik turunku semakin cepat mengimbangi goyangan pinggul Syanti yg semakin tidak terkendali. “Santii.. lezat banget, ‘yg, engkau makin pandai , ‘yg..”, ucapku merasa keenakan. “engkau pula, Mas.., Santi jua enakk..”, , jawabnya relatif malu-membuat malu. Syanti merintih serta mengeluarkan erangan-erangan kenikmatan. Berulang kali mulutnya mengeluarkan kata-istilah, “aduh..occhh..”, yg diucapkan terputus-putus. saya mencicipi liang senggama Syanti semakin berdenyut menjadi indikasi Syanti akan mencapai zenit pendakiannya. aku pula merasakan hal yg sama dengannya. tetapi aku mencoba bertahan menggunakan menarik nafas pada-pada, kemudian menghembuskannya pelan-pelan, buat menurunkan daya rangsangan yang aku alami. saya tidak ingin segera menyudahi permainan ini dengan tergesa-gesa.

saya mempercepat goyanganku saat saya menyadari Syanti hampir mencapai orgasmenya. aku meremas payudaranya bertenaga-kuat, seraya mulutku menghisap dan menggigiti puting susu Syanti. aku menghisap dalam-pada. “Occhh.. Mas..”, jerit Syanti panjang. aku membenamkan batang kejantananku kuat-kuat ke liang senggamanya sampai mencapai dasar rongga yg terdalam. Syanti mendapatkan kenikmatan yang sempurna. Tubuhnya melengkung indah dan buat beberapa ketika lamanya tubuhnya mengejang. Kepalaku ditarik bertenaga-bertenaga sampai terbenam pada antara dua bukit payudaranya. di waktu tubuhnya menghentak-hentak, ternyata saya merasa tidak bisa lagi buat bertahan lebih lama . “Saanntii.. aakuu.. mau keluaarr.. saayang.. occhh.. hh..”, jeritku. saya ingin menarik keluar batang kejantananku berasal dalam liang senggamanya. namun Syanti masih ingin tetap merasakan orgasmenya, sehingga tubuhku serasa dikunci sang kakinya yang melingkar di pinggangku. ketika itu pula aku merasa hampir saja memuntahkan cairan hangat berasal ujung kejantananku yang hampir meledak. saya merasakan tubuhku bagaikan layang-layang putus yg melayang terbang, tidak berbobot. aku tidak sempat menarik keluar batang kejantananku lagi, sebab secara impulsif Syanti jua menarik pantatku bertenaga ke tubuhnya, berulang kali.

Mulutku yang berada pada belahan dada Syanti menghisap kuat kulit putihnya, sebagai akibatnya meninggalkan bekas merah pada disana. Telapak tanganku mencengkram butir dada Syanti. aku meraup semuanya, sampai-hingga Syanti merasa agak kesakitan. saya tidak peduli lagi. hingga akhirnya.. plash.. plash.. plash.. (8X), spermaku akhirnya muncrat membasahi lubang sorganya. saya mencicipi nikmat yang tiada duanya ditambah dengan goyangan pinggul Syanti di waktu saya mengalami orgasme. Tubuhku akhirnya lunglai tidak berdaya di atas tubuh Syanti. btg kejantananku masih berada pada dalam liang kenikmatan Syanti. Syanti mengusap-usap permukaan punggungku. “engkau menyesal, Santi?”, ujarku sambil mencium pipinya. Syanti menggeleng pelan sambil membalas membelai rambutku. aku tersenyum kepadanya. Syanti membalas. aku meyandarkan kepalaku di dadanya. by majalahsex.com Jam sudah menunjukkan pukul 21:00 dan saya mesti cepat balik ke tempat tinggal , sebab tadi saya tak sempat membuat alasan buat pulang terlambat. Begitu juga dengan Syanti, yg ketika itu sudah mempunyai kebiasan baru selayaknya calon pasangan suami istri, yaitu makan malam beserta Yoda pada tempat tinggal kost mereka. Sebelum berpisah, kami berciuman untuk beberapa waktu. Itu adalah ciuman kami yang terakhir.., percintaan kami yg terakhir.., sebelum akhirnya Yoda menikahi Syanti, 2 bulan lalu.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*